Tidak Ada Kebencian di dalam Hati Anak-Anak
“Tuhan meminta kita untuk mengeja kata MEMAAFKAN dengan M-E-L-U-P-A-K-A-N.“ ― Xavier Quentin Pranata
Pada saat Perang Dunia II berakhir,beberapa
anakberkumpul di sebuah kapel kecil di Guam. Mereka sudah cukup dewasa untuk
mengingat bagaimana Jepang datang dan membunuh ayah dan ibu mereka.
Mereka juga ingat berapa benyak teman bermain mereka yang telah dibantai saat perang berkecambuk. Akan tetapi, anak-anak tersebut tidak membiarkan kebencian menyayat hati mereka. Anak-anak ini bahagia. Mereka berbicara dengan bersemangat. Mereka telah membawa uang penny, nikel, dime, dan seperempat dolar mereka dari menjual kelapa dan pisang kepada prajurit-prajurit Amerika, sebagai persembahan untuk digunakan bagi anak-anak kecil Jepang!
Mereka juga ingat berapa benyak teman bermain mereka yang telah dibantai saat perang berkecambuk. Akan tetapi, anak-anak tersebut tidak membiarkan kebencian menyayat hati mereka. Anak-anak ini bahagia. Mereka berbicara dengan bersemangat. Mereka telah membawa uang penny, nikel, dime, dan seperempat dolar mereka dari menjual kelapa dan pisang kepada prajurit-prajurit Amerika, sebagai persembahan untuk digunakan bagi anak-anak kecil Jepang!
Seorang anak laki-laki membawa I perak dolar.
Dia telah melihat ayah dan ibunya dibunuh oleh tentara-tentara musuh. Uang
perak dolar baginya terlihat jauh lebih berharga daripada sebuah kereta wagon.
Pemberian anak itu dan pemberian anak-anak miskin compang-camping dari guam itu
tidak anya menunjukan niat baik pada mereka yang dahulu menjadi musuh, tetapi
juga menunjukkan pengorbanan terbesar.
“Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.“ ―Roma 12 : 20
Sumber: 100 Kisah yang Menyentuh
Nurani Anda oleh Xavier Quentin Pranata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar