Selasa, 29 Juli 2014

Ilustrasi: SESAL

Terlambat

“Nasi telah menjadi bubur” — Pepatah Indonesia
Seorang ibu telah beberapa lama menderita sakit. Suatu hari dia harus menegur anak gadisnya karena perbuatannya yang salah. Bukannya menerima teguran, si gadis langsung marah-marah. Dia tidak berbicara kepada ibunya hari itu. Saat dia pergi ke kamarnya malam itu, dia mendengar ibunya memanggil, “Maukah kamu mengambilkan segelas air  untuk Ibu, sayang?”

Si anak gadis dengan diam dan tenang menutup pintu kamarnya tanpa memenuhi permintaan sederhana sang Ibu. Tak lama kemudian dia tertidur. Seiring datangnya pagi, amarahnya sudah reda. “Aku harus pergi sekarang dan mengatakan betapa menyesalnya aku akan tindakanku yang tidak baik!”

Dengan perlahan dia mengetuk pintu kamar Ibunya. Namun, kata-kata “Masuklah, sayang” yang biasa dia dengar tidak ada! Anak gadis tersebut membuka pintu dan cepat-cepat ke samping sang Ibu. Bukannya melihat senyuman hangat dan bersahabat seperti biasa, dia melihat Ibunya kaku dengan pandangan kematian yang dingin. Dengan hati terpukul dia berkata, “Oh, Ibu, aku tidak bermaksud menyakitimu! Aku menyayangimu! Aku manyayangimu! Tolong maafkan aku karena bertindak kasar!” tetapi bibir itu tidak dapat lagi mengatakan pengampunan. Bahkan di usia separuh bayanya, memori kejadian itu tetap mengganggu gadis itu dan membawa rasa sakit mendadak.

“Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah  kepada-Nya: ‘Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” — Hosea 14 : 2


Sumber: 100 Kisah yang Menyentuh Nurani Anda oleh Xavier Quentin Pranata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar