Terlambat
“Nasi telah menjadi bubur” — Pepatah Indonesia
Seorang
ibu telah beberapa lama menderita sakit. Suatu hari dia harus menegur anak gadisnya
karena perbuatannya yang salah. Bukannya menerima teguran, si gadis langsung
marah-marah. Dia tidak berbicara kepada ibunya hari itu. Saat dia pergi ke
kamarnya malam itu, dia mendengar ibunya memanggil, “Maukah kamu mengambilkan
segelas air untuk Ibu, sayang?”
Si
anak gadis dengan diam dan tenang menutup pintu kamarnya tanpa memenuhi
permintaan sederhana sang Ibu. Tak lama kemudian dia tertidur. Seiring
datangnya pagi, amarahnya sudah reda. “Aku harus pergi sekarang dan mengatakan
betapa menyesalnya aku akan tindakanku yang tidak baik!”
Dengan
perlahan dia mengetuk pintu kamar Ibunya. Namun, kata-kata “Masuklah, sayang”
yang biasa dia dengar tidak ada! Anak gadis tersebut membuka pintu dan
cepat-cepat ke samping sang Ibu. Bukannya melihat senyuman hangat dan
bersahabat seperti biasa, dia melihat Ibunya kaku dengan pandangan kematian
yang dingin. Dengan hati terpukul dia berkata, “Oh, Ibu, aku tidak bermaksud
menyakitimu! Aku menyayangimu! Aku manyayangimu! Tolong maafkan aku karena
bertindak kasar!” tetapi bibir itu tidak dapat lagi mengatakan pengampunan.
Bahkan di usia separuh bayanya, memori kejadian itu tetap mengganggu gadis itu
dan membawa rasa sakit mendadak.
“Bawalah sertamu kata-kata penyesalan, dan bertobatlah kepada TUHAN! katakanlah kepada-Nya: ‘Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami.” — Hosea 14 : 2
Sumber: 100 Kisah yang Menyentuh
Nurani Anda oleh Xavier Quentin Pranata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar